Channel9.id – Jakarta. Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan, pesantren harus bertransformasi untuk menghadapi perkembangan zaman menyongsong era Revolusi Industri 4.0. Pesantren harus memperkuat perannya sebagai lembaga dakwah dan pendidikan untuk menghasilkan santri-santri yang berkompeten, kreatif, dan inovatif.
“Transformasi pesantren harus bisa memperkuat inteligensi dan penguatan demokrasi. Hal ini supaya santri yang dihasilkan meningkat kompetensinya dan bisa berdaya saing,” kata Suharso dalam Webinar yang diadakan IKA-PMII, Jumat (23/10) malam.
Baca juga: Hari Santri 2020, KH Said Aqil Siradj: Santri Harus Berjihad Melawan Wabah
Di samping memperkuat kompetensi, pesantren juga perlu memperkuat santri supaya menyumbangkan dedikasinya bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dia berharap, para santri lulusan pesantren bisa menyumbangkan perannya di segala aspek kehidupan.
“Salah satunya lulusan pesantren bisa menyumbangkan perannya dalam pemerintahan dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarkat demi bangsa dan negara,” katanya.
Pun untuk memperkuat pesantren, pemerintah sudah melakukan sejumlah intervensi supaya kualitas pesantren meningkat. Intervensi itu dilakukan dalam bentuk peningkatan kualitas dan peningkatan sarana prasarana untuk pesantren.
“Dalam segi kualitas pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu pesantren termasuk di daerah 3T, kemudian meningkatkan kompetesi guru. Di sarpras, pemerintah sudah merehabilitasi fasilitas ratusan pesantren seperti pembangunan ruang belajar, pembangunan asrama, dan peningkatan layanan kesehatan,” ujarnya.
Di kesempatan sama, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyampaikan, ada tiga tantangan yang harus dihadapi pesantren dan santri supaya beradaptasi di era Revolusi Industri 4.0. Ketiga hal itu yakni peningkatan kompetensi, memanfaatkan bonus demografi, dan mengatasi pandemi covid-19.
Pesantren harus bisa menjawab tiga tantangan itu dengan harapan para santri mampu menjadi motor penggerak kemajuan bangsa. Salah satunya dengan memperkuat pendidikan vokasi.
“Dan tidak lupa hal itu tidak mengesampingkan nilai-nilai, tradisi, dan tugas agama yang diajarkan,” kata Ida.
Dalam hal ini, perlu ada kolaborasi semua elemen bangsa. Baik pemerintah maupun PBNU harus bersinergi dengan harapan peningkatan kompetensi santri.
“Karena itu kami mengajak lulusan IKA-PMII untuk bekerja sama menciptakan santri-santri yang mampu hadapi perubahan ini,” pungkasnya.
(HY)