Channel9.id – Jakarta. Menteri Dalam Negeri RI Muhammad Tito Karnavian menyampaikan, pemilihan Kota Surabaya sebagai tempat terakhir launching Program Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih karena alasan historis dan antusiasme tinggi dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Diketahui, Kemendagri memilih tiga tempat sebagai tempat seremonial dimulainya program Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih jelang HUT RI ke-77. Ketiga tempat itu yakni Merauke, Papua dan Banda Aceh. Adapun pogram ini diharapkan dapat memunculkan semangat nasionalisme dan merawat rasa persatuan dan kesatuan Bangsa.
Mendagri menyampaikan, Surabaya dipilih karena memiliki banyak nilai historis. Banyak pahlawan nasional yang lahir di Surabaya. Soekarno dan HOS. Cokroaminoto lahir di Surabaya.
Baca juga: 2,6 Juta Bendera Merah Putih Dibagikan di Jatim
“Bahkan lagu yang kita nyanyikan tadi, pencipta lagu nasional Indonesia Raya, WR Supratman juga lahir di sini,” kata Mendagri, Minggu 14 Agustus 2022.
Tidak hanya itu, salah satu peristiwa sejarah terkait perjuangan pengibaran Bendera Merah Putih pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga terjadi di Surabaya. Pasca kemerdekaan, Presiden Soekarno memerintahkan rakyat untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di seluruh Nusantara. Rakyat diminta menurunkan bendera Jepang yang tidak lagi menjajah Indonesia.
Namun, pada September 1945, pasukan Belanda yang diboncengi sekutu datang ke Surabaya. Tujuan kedatangan pasukan Belanda untuk menjajah Indonesia kembali. Peristiwa penting yang menunjukkan niat itu dengan mengibarkan Bendera Merah Putih Biru (Bendera Belanda) di atas gedung Hotel Yamato.
“Tokoh-tokoh Surabaya bergerak menentang pengibaran Bendera Belanda. Rakyat tidak ingin dijajah kembali. Kemudian terjadi negosiasi antara perwakilan Surabaya dan Belanda. Namun gagal. Terjadi perlawanan di sana. Kemudian anak- anak Surabaya bergerak naik ke atas. Karena tidak bawa Merah Putih, warna biru disobek menjadi bendera Merah Putih. Jadi untuk mengobarkan bendera saja, tanggal 19 September 1945, butuh perjuangan,” kata Mendagri.
Kini, rakyat Indonesia tidak perlu lagi bersusah payah untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Tugas rakyat saat ini adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Nah kita saat ini menaikan bendera tanpa perlawanan. Kalau ada yang nembak ada Densus ada TNI-Polri, engga perlu takut. Pelajaran kedua yang penting, tanpa membesarkan dan menafikan peran daerah lain. Tanpa ada Peristiwa 10 November yang menggetarkan Sekutu dan Belanda, sehingga sekutu menarik diri. Mungkin kemerdekaan Indonesia tidak bisa kira pertahankan. Jadi Indonesia bisa bertahan salah satunya adanya nilai kepahlawanan dan militansi arek-arek Surabaya,” ujar eks Kapolri ini.
Selain nilai historis, pemilihan Surabaya sebagai tempat launching karena antusias yang besar dari Gubernur Khofifah. Sebetulnya, Mendagri hanya ingin melaunching di dua tempat saja yaitu Merauke dan Banda Aceh. Tapi, Direktur Jenderal (Dirjen) Politik dan Pemerintahan Umum (Politik dan PUM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Bachtiar, melaporkan bahwa Gubernur Khofifah sangat antusias menyukseskan acara ini. Bahkan, Khofifah mengaku siap membagikan 20 juta bendera Merah Putih.
“Saya punya grup gubernur, grup kepala daerah. Respons yang paling intens adalah Ibu Khofifah. Sebetulnya, saya hari ini ada acara bersama beberapa rekan menteri di kabinet yang sudah dijanjikan 2 minggu lalu. Tapi kata Pak Bachtiar, Bu Khofifah antusias sekali. Dia bahkan mau bagikan 20 Juta bendera,” kata Mendagri.
Mendagri pun berharap pembagian bendera ini bisa meningkatkan rasa nasionalisme. Menurut Mendagri, bendera Merah Putih hanya simbol. Simbol tentang rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
“Oleh karena itu, rakyat harus tetap merawat nasionalisme itu,” pungkas Mendagri.
HY