Channel9.id, Jakarta – Amerika Serikat (AS) dan China mencapai terobosan dalam perundingan dagang di Kuala Lumpur, membuka jalan bagi Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan baru yang diharapkan meredakan ketegangan ekonomi global.
Perundingan intensif selama dua hari, yang berakhir pada Minggu (26/10/2025), menghasilkan konsensus awal terkait isu-isu krusial seperti pengendalian ekspor, perdagangan fentanyl, dan tarif pelayaran.
Berlangsung di gedung pencakar langit Merdeka 118, perundingan ini bertepatan dengan kehadiran Trump di KTT ASEAN di pusat konvensi terdekat, tempat ia menandatangani sejumlah perjanjian dagang untuk mengurangi ketergantungan AS pada China. Delegasi China dipimpin oleh pejabat ekonomi senior He, didampingi Wakil Menteri Keuangan Liao Min, sementara AS diwakili oleh Perwakilan Dagang Jamieson Greer dan Menteri Keuangan Scott Bessent.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan bahwa ancaman tarif 100% terhadap barang China telah dicabut, dengan China setuju untuk membeli kedelai AS dalam jumlah besar dan menunda pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth) selama setahun untuk ditinjau ulang.
“Ancaman tarif 100% sudah hilang, begitu pula ancaman pembalasan China soal kontrol ekspor global,” ujar Bessent, dikutip dari Bloomberg, Senin (27/10/2025). Meski demikian, AS akan tetap mempertahankan beberapa pembatasan ekspor ke China.
Kesepakatan ini juga mencakup rencana perpanjangan gencatan tarif, penyelesaian sengketa TikTok, dan jaminan pasokan magnet logam tanah jarang yang vital untuk industri semikonduktor hingga mesin jet. Selain isu dagang, Trump dan Xi juga dijadwalkan membahas rencana perdamaian global, termasuk upaya Trump melibatkan China dalam penyelesaian perang Rusia-Ukraina. “
Kami ingin kesepakatan, dan mereka juga menginginkannya,” kata Trump di sela KTT ASEAN, menegaskan optimismenya untuk mencapai perjanjian komprehensif melalui pertemuan lanjutan di China dan AS.
Kesepakatan awal ini memicu optimisme di pasar global. Mata uang sensitif risiko seperti dolar Australia dan Selandia Baru menguat terhadap dolar AS, sementara aset aman seperti franc Swiss dan yen Jepang melemah. Bitcoin juga mencatat kenaikan selama empat hari berturut-turut.
Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menekankan bahwa pencabutan pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh China menjadi salah satu capaian utama, menandakan kemajuan signifikan dalam negosiasi.
Sinyal positif ini kontras dengan ketegangan sebelumnya, ketika ancaman tarif besar-besaran dari Trump dan pembatasan ekspor China memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang.
Utusan dagang China, Li Chenggang, menyatakan bahwa kesepahaman soal fentanyl dapat membuka peluang bagi AS untuk menurunkan tarif 20% yang diberlakukan untuk menekan ekspor bahan kimia pembuat obat terlarang dari China. Li juga menyebutkan adanya diskusi konstruktif terkait tarif pelabuhan, yang sempat memicu saling balas antara kedua negara.
Dampak Politik
Jika China kembali mengimpor kedelai AS, langkah ini akan menjadi kemenangan politik bagi Trump menjelang tahun pemilu, setelah ekspor kedelai senilai US$13 miliar terhenti akibat tarif balasan China sejak Maret 2025.
Kesepakatan soal logam tanah jarang juga strategis, mengingat China sempat menghentikan ekspor material tersebut sebagai respons terhadap kebijakan AS, sebelum kedua pihak sepakat menurunkan tarif. Namun, Beijing kembali memperketat pembatasan awal Oktober ini setelah AS meningkatkan larangan terhadap perusahaan teknologi China.
Li Chenggang menegaskan bahwa stabilitas hubungan dagang AS-China krusial bagi perekonomian global. “Pembicaraan ini menunjukkan kemajuan nyata. Kami berkomitmen menjaga hubungan yang stabil demi kepentingan kedua negara dan dunia,” ujarnya.
Pertemuan Trump dan Xi pekan ini akan menjadi yang pertama sejak Trump kembali ke Gedung Putih. Trump menegaskan bahwa dialog langsung adalah kunci untuk menyelesaikan isu kompleks, mulai dari tarif, ekspor, hingga ketegangan geopolitik seperti Taiwan dan Ukraina.
“Kami akan membahas banyak hal, dan peluang untuk kesepakatan besar sangat terbuka,” katanya.
Meski optimisme meningkat, pelaku pasar masih menanti rincian akhir perjanjian setelah setahun penuh kebijakan tarif yang fluktuatif. Kesepakatan ini diharapkan tidak hanya meredakan ketegangan dagang, tetapi juga memperkuat stabilitas ekonomi global.





