Channel9.id-Jakarta. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghentikan dana yang diperuntukkan bagi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, setelah dia menuding WHO tak serius tangani Covid-19. Tindakan Trump itu dikecam para ahli penyakit menular.
Mengutip Reuters, Trump marah atas kritikan terhadap staf-nya yang dianggap buruk dalam merespon epidemi terburuk di negeri Paman Sam dalam satu abad terakhir, semakin memusuhi WHO.
WHO yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss, dituding Trump telah mempromosikan Cina dalam kesalahan infomasi terkait virus corona. Trump menilai, hal itu menyebabkan penyebaran virus corona semakin meluas daripada yang seharusnya.
“WHO gagal dalam tugasnya dan harus bertanggungjawab,” ujar Trump saat memberikan konperensi pers di Gedung Putih, Selasa (14/04).
Berdasarkan perhitungan Reuters, sekitar 2 juta orang di dunia telah terinfeksi dan lebih dari 124.000 meninggal dunia akibat Covid-19 yang bermula terjadi di Cina pada akhir tahun lalu.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan jika saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengurangi sumber daya WHO.
“Sekarang saatnya untuk bersatu dan untuk komunitas internasional bekerja sama dalam solidaritas untuk menghentikan virus ini,” ujar Guterres dalam satu pernyataan.
Diketahui, AS menjadi pendonor terbesar bagi WHO, dengan berkontribusi lebih dari $400 juta pada 2019 atau 15% dari seluruh anggaran WHO.
“Ini tak lebih dari pengalihan perhatian dari Trump dari sejarah kegagalan pemerintahannya dalam menangani virus corona, dan juga kegagalan para stafnya dalam persiapan mempersiapkan bangsa ini menghadapi wabah,” ujar Leslie Dach, Ketua Protect Our Care.
“Yang pasi, WHO bukannya tanpa kesalahan, tapi memotong dana bukanlah tindakan yang bertanggungjawab disaat puncak pandemi,” sambungnya.
Saat ini, di AS tercatat lebih dari 2.200 meninggal dalam satu hari pada Selasa (14/04), dan ini menjadi rekor tertinggi. New York menjadi kota yang paling parah dihantam wabah Covid-19. Terlebih Departemen Kesehatan New York telah merevisi jumlah kematian yang melonjak tinggi. Lonjakan ini terjadi setelah memasukkan data orang meninggal akibat paru-paru tapi tak pernah di test Covid-19.