Ekonomi Nasional Andalkan Pertumbuhan DKI Jakarta
Ekbis Hot Topic

Kinerja Ekspor Topang Pertumbuhan Ekonomi 2022

Channel9.id-Jakarta. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan kinerja ekspor mendukung target pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar lima persen pada 2022. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2022 mencapai US$291,98 miliar atau naik 26,07 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Ekspor nonmigas mencatat US$275,96 miliar atau naik 25,8 persen secara tahunan (yoy). Berdasarkan sektor, ekspor hasil tambang dan lainnya melonjak 71,22 persen pada 2022. Sedangkan ekspor nonmigas hasil industri pengolahan naik 16,45 persen, serta ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 10,52 persen..

Pada Desember 2022 ekspor tercatat sebesar US$23,83 miliar atau tumbuh 6,58 persen (yoy) dan 26,07 persen dibanding level akhir tahun sebelumnya (year-to-date/ytd). “Secara tahunan ekspor Desember 2022 masih tumbuh positif didukung ekspor komoditas unggulan seperti bahan bakar mineral, produk sawit, serta besi dan baja,” ujar Febrio, Rabu, 18 Januari 2023.

Dia mengatakan secara bulanan (month-to-month/mtm), ekspor Desember 2022 menurun tipis 1,1 persen dibanding November 2022 sebesar US$24,09 miliar. Kondisi ini seiring penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama.

Di sisi lain, impor Desember 2022 tercatat sebesar US$19,94 miliar atau naik 5,16 persen (mtm) dari US$18,96 miliar pada November 2022, seiring peningkatan PMI Manufaktur Indonesia.

Impor selama 2022 didominasi bahan baku atau penolong dan barang modal seperti mesin dan peralatan mekanis, mesin dan peralatan elektrik, kendaraan dan bagiannya. Hal ini menunjukkan ekonomi domestik masih dalam tren pemulihan.

Dengan perkembangan tersebut neraca perdagangan Desember 2022 mencatat surplus US$3,89 miliar dan melanjutkan tren surplus selama 32 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Secara kumulatif, total surplus selama tahun lalu mencapai US$54,46 miliar, melonjak dibanding 2021, yakni US$35,42 miliar.

Febrio mengatakan pemerintah akan mewaspadai risiko penurunan permintaan ekspor dari negara mitra utama dagang yakni Amerika Serikat, Cina, Uni Eropa, dan Jepang. Kondisi ini seiring menurunnya indeks PMI manufaktur negara-negara tersebut. Di sisi lain pemerintah secara paralel juga terus mengembangkan ekspor ke negara lain seperti India dan negara-negara ASEAN.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  3  =