Oleh: Rudi Andries*
Channel9.id-Jakarta. Pembakaran batubara selama satu abad terakhir telah mencemari udara karena gas belerang dioksida (CO2) yang dihasilkan menyebabkan efek rumah kaca dimana bumi menjadi lebih panas. Pemanasan global mengakibatkan anomali perubahan iklim dan mengganggu stabilitas alam.
Saat ini, negara pengguna batubara terbesar adalah China, AS, dan India. Ketiga negara itu sekaligus menjadi penyumbang pemanasan global terbesar dibanding negara lainnya. Ketiga negara itu terus berjuang mengurangi penggunaan batubara. Selama dekade terakhir, sektor energi AS telah membuat perubahan drastis dari bahan bakar fosil yang memuntahkan gas rumah kaca. Hampir setengah dari kapasitas pembangkit listrik batubara diperkirakan akan hilang pada akhir tahun 2026, disusul China, India, dan banyak negara. Digantikan dengan energi bersih (green energy).
Harga batubara
Kalau harga batubara pernah naik luar biasa tahun 2021-2022, itu bukan karena trend fundamental dan jangka panjang. Tetapi lebih disebabkan hal yang bersifat pragramatis temporer. Faktor perang Rusia-Ukrania membuat harga gas melambung, dan ongkos energi jadi mahal. Pilihan ke pada batubara karena situasi krisis energi. Mengamankan kebutuhan listrik yang terus meningkat lebih cepat sementara program pembangunan energi bersih masih lambat.
Harga dan permintaan batubara terus menurun dalam jangka menengah. Rata-rata harga batubara tahun 2023 diperkirakan turun dibandingkan tahun 2022, tetapi masih jauh di atas rata-rata lima tahunnya. Harga batubara berjangka juga jauh lebih rendah pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022. Namun, penurunan harga tersebut dapat terhalang oleh pengalihan perdagangan lebih lanjut, yang akan meningkatkan biaya transportasi, dan oleh kenaikan harga gas yang dapat mempengaruhi harga batubara karena substitusi antara kedua bahan bakar tersebut, khususnya pada sektor ketenagalistrikan.
Baca juga: Kisah Restrukturisasi Waskita Karya
Peningkatan permintaan batubara jangka pendek diharapkan dapat dikompromikan oleh target lepas landas ekonomi di China yang meleset dan pertumbuhan global yang lebih lambat dari perkiraan. Dalam jangka panjang, risiko geopolitik dari invasi Ukraina telah meningkatkan tekad pemerintah mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil dengan mengalakkan penggunaan kendaraan listrik. Rencana proyek gasifikasi batubara untuk menghasilkan methanol dan DME menggantikan LPG tak kunjung terlaksana sehingga kedepan prospek permintaan batubara lokal dan global akan menurun.
*LAPEKSI