Channel9.id-Jakarta. Ketersediaan talenta digital di Indonesia saat ini masih jauh untuk memenuhi kebutuhan talenta digital di 2025 mendatang. Diketahui, sebelumnya Google dan Temasek memprediksi bahwa Indonesia akan membutuhkan 200 ribu di 2025.
“Kenyataannya masih jauh dari angka tersebut. Kini kebanyakan posisi itu didominasi oleh profesional yang lebih senior dari sektor perbankan, ritel, dan perusahaan di luar wilayah tersebut,” tutur CEO & Founder Hacktiv8 Ronald Ishak, dikutip Selasa (23/11).
Baca juga: Indonesia Berpotensi Mendominasi Ekonomi Digital Dunia
Berangkat dari kesenjangan SDM itu, Hacktiv8 yang merupakan perusahaan pemberdaya talenta digital siap mengakselerasi percetakan talenta pemrograman berkualitas.
Ronald menjelaskan bahwa kebanyakan lulusan dari pelatihan Hacktiv8 sudah melalui coding bootcamp professional, yang terdiri dari program Full Stack Javascript dan Data Science.
Full Stack Javascript sendiri merupakan program kursus selama 16 minggu untuk mempelajari pemrograman dasar dan bahasa pemrograman, seperti JavaScript, Node.js, Vue.js, dan framework Facebook’s React. Sementara, program Data Science merupakan program intensif 12 minggu yang memberi ilmu pengolahan data, seperti pemrograman, statistik, hingga bisa menjadi seorang Data Scientist atau Data Analyst yang dapat memberikan kesimpulan dari data yang diolah.
“Model bootcamp kami menuntut pelajar untuk menghabiskan waktu sekitar 10 hingga 12 jam sehari, sehingga hanya yang terbaik saja yang bisa lulus dari program dan mendapatkan pekerjaan,” jelas Ronald.
Ronald menambahkan bahwa kurikulum Hacktiv8 itu dirancang dengan melibatkan para hiring partner—seperti Investree, Sirclo, Xendit, Mekari, Loket, Qlue, dan Axiata Digital. Ini memungkinkan para lulusannya bisa langsung mempraktikkan ilmu yang sudah dipelajarinya di perusahaan tempat mereka bekerja.
Diketahui, sejauh ini Hacktiv8 telah mencetak lebih dari 1.100 talenta digital berkualitas dan mereka bekerja di perusahaan hiring partner.
Lebih lanjut, para lulusan dari Hacktiv8 tak perlu mengkhawatirkan biaya yang perlu dikeluarkan untuk belajar di bootcamp karena ada fitur Income Share Agreement (ISA) atau perjanjian bagi hasil.
“Melalui ISA ini, siswa akan membayar biaya pendidikan ketika mereka sudah mendapat pekerjaan, dengan menyisihkan sebagian dari gaji mereka. Fitur ini diharapkan bisa membuka akses bagi banyak orang yang ingin belajar pemrograman tanpa harus terkendala biaya,” kata Ronald.
(LH)