Hot Topic

Jenderal Tito Tak Sekedar Mampu Amankan Pilpres 2019

Channel9.id – Jakarta. Kapolri Jenderal HM Tito Karnavian dipastikan akan bergabung dalam Kabinet Kerja II, setelah Presiden Joko Widodo menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Kapolri kepada DPR RI.

Jenderal Pol. HM Tito Karnavian, diperkirakan akan menduduki pos Kementerian  Dalam Negeri, atau kementerian lain yang terkait keamanan dalam negeri.  Lalu, apa yang menjadi modal penting Jenderal Tito di jabatan sipil yang segera akan diemban?

Dalam pandangan Peneliti LIPI, Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, Jenderal Polisi yang juga Guru Besar Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK/PTIK) memiliki andil besar bagi bangsa ini.  Prestasi Jenderal Tito lebih besar dari sekedar mengamankan jalannya Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif 2019 lalu, katanya.

“Jenderal Tito, mampu menjaga keutuhan Republik ini.  Dia bisa menjaga warga bangsa ini dari pembelahan sosial (social division) yang terjadi di masyarakat sebagai residu demokrasi.   Resikonya dicaci maki dan dihina-hina.  Sehingga ada yang menyebut jika Kapolrinya bukan Tito bisa jebol bendungan Indonesia,” ujar mantan anggota Komnas HAM ini.

Hermawan Sulistyo yang dikenal dengan panggilan Kikiek ini, cukup mengenal peraih lulusan terbaik Adhi Makayasa 1987, karena sama-sama sebagai penulis dalam buku “Democratic Policing”.  Ide utama buku itu, polisi yang hidup di lingkungan sosial masyarakat yang demokratis, polisi yang dalam dirinya demokratis, dan polisi yang mendorong proses-proses demokratisasi.

“Itu ada dalam diri Jenderal Tito.  Saya menjadi lebih cepat akrab, karena Tito lebih akademisi ketimbang sebagai pejabat.  Dan di dalam institusi, keterbukaan pemikiran itu dipraktekkan di dalam lembaga pendidikan yang mendidik para perwira Polri, sehingga kini perwira menengah dan tinggi rata-rata sudah berpendidikan S2 dan banyak yang sudah doktor,” ujarnya.

Kalau dalam pengamanan demonstrasi, polisi nampak masih nampak brutal, menurut Kikiek itu sudah jauh berkurang dibanding sebelum tahun 1998.  Polisi nampak exesive ‘kan karena menghadapi demonstran yang anarkis dan sudah merusak sarana publik.

“Itu pun mereka tak dibekali senjata, akibatnya banyak polisi yang luka-luka karena dikeroyok demonstran dan tidak bisa membela diri karena tidak dibekali senjata.  Lihat polisi di Hongkong atau di Catalunya, Spanyol di mana polisi tetap membawa senjata menghadapi demonstrasi yang berpotensi anarkis,” katanya. 

Kikiek, mencontohkan bahwa dalam menghadapi demonstran sekarang ini, polisi sekarang lebih pada posisi bertahan.  Kikiek menyebut, tameng polisi sekarang ini lebih berat ini untuk bertahan.  Body protector yang dipakai sangat berat sehingga polisi tidak leluasa bergerak, itu semua lebih untuk bertahan, dulu sebelum reformasi tameng polisi hanya rotan sehingga mudah menggebuk demonstran, ujarnya.

Walaupun demikian, Kikiek mengingatkan bahwa modal yang dimiliki oleh Jenderal Tito, sebaiknya juga dilakukan oleh anggota kabinet yang lain.  Menjaga Indonesia butuh kerja keras, kerja cerdas dan kesabaran yang tinggi. 

Presiden sudah mengingatkan di dalam pidatonya pelantikannya, jika nanti ada pembantunya yang malas-malasan pasti akan diganti.  “Inilah PR semua anggota kabinet, bukan hanya pekerjaan Tito sendiri,” katanya. 

Edy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

60  +    =  61