Channel9.id, Jakarta – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa operasi militer besar-besaran yang diberi nama “The Rising Lion” atau “Singa yang Bangkit” akan terus dijalankan hingga ancaman dari Iran benar-benar dieliminasi. Eskalasi konflik antara dua kekuatan di Timur Tengah itu pun kian mengkhawatirkan dunia.
Dalam pernyataan yang dirilis oleh kantor resmi pemerintah Israel, Netanyahu mengungkapkan bahwa jet tempur negaranya telah memasuki wilayah udara Teheran, ibu kota Iran, dan menyaksikan kota tersebut dilanda kobaran api.
“Pilot-pilot hebat kami kini berada di atas langit Teheran yang terbakar. Kami bertekad untuk menyelesaikan misi ini demi menyingkirkan ancaman ganda terhadap Israel,” ujar Netanyahu, Senin (16/6/2025).
Pernyataan keras Netanyahu menyusul serangan rudal Iran yang menghantam kota Tamra, Israel, menyebabkan empat warga sipil tewas. Netanyahu mengutuk keras serangan balasan tersebut, menyebutnya sebagai aksi yang menyasar semua lapisan warga, baik Yahudi maupun Arab.
“Saya menolak dengan keras sorak sorai atas kematian empat warga kita. Rudal-rudal itu bukan hanya melukai orang Yahudi, tetapi juga warga Arab. Mereka ingin menghancurkan kita semua. Tapi kita berdiri bersama dalam pertempuran ini,” tegasnya.
Serangan balasan Israel tak kalah gencar. Militer melaporkan meluncurkan rudal dalam jumlah besar ke arah berbagai sasaran strategis di Teheran. Ledakan terdengar menggema di berbagai titik, termasuk di Tel Aviv dan Yerusalem, di mana sirene serangan udara berbunyi sepanjang malam.
Di Tamra, kota mayoritas warga Palestina, tim penyelamat menemukan korban dari reruntuhan rumah yang hancur. Layanan ambulans mencatat sedikitnya tiga wanita tewas dan 10 lainnya terluka.
Target Israel: Infrastruktur Energi dan Kementerian Pertahanan Iran
Menurut laporan media Iran, serangan Israel menargetkan fasilitas penting seperti depo minyak Shahran serta gedung Kementerian Pertahanan di Teheran. Meski kerusakan disebut minim, kebakaran sempat melanda fasilitas minyak.
Garda Revolusi Iran menanggapi dengan ancaman terbuka, menyatakan bahwa serangan mereka sebelumnya telah mengarah ke infrastruktur energi serta pabrik bahan bakar jet milik Israel. Mereka memperingatkan bahwa jika Israel terus menyerang, maka gelombang balasan dari Teheran akan lebih luas dan mematikan.
Ketegangan juga berdampak pada jalur diplomasi. Iran secara resmi membatalkan perundingan nuklir yang semula dianggap Amerika Serikat sebagai satu-satunya jalan damai. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengirim sinyal keras kepada Iran.
“Hal yang lebih buruk bisa terjadi. Tapi belum terlambat bagi Iran untuk menarik mundur program nuklirnya jika ingin mencegah eskalasi yang lebih mematikan,” ucap Trump seperti dilansir Reuters.
Di tengah krisis ini, dunia internasional memantau ketat perkembangan situasi yang berisiko memicu konflik regional yang lebih besar.