Channel9.id-Beirut. Tensi panas dalam kasus penyelidikan ledakan di Beirut telah menyebabkan aksi kekerasan di jalanan terparah sejak lebih dari 10 tahun lalu pada hari Kamis, dengan enam orang dari kelompok Syiah tertembak mati dan peristiwa itu membuat memori perang saudara 1975-1990 hidup kembali, Jumat (15/10/2021).
Peluru-peluru ditembakkan dan orang-orang berlarian untuk menyelamatkan dirinya dari peluru liar. Kejadian ini berlangsung selama beberapa jam dan jalanan berubah menjadi medan perang. Di salah satu sekolah, para guru menyuruh para muridnya untuk tiarap dan meletakkan tanggannya di kepala, lapor Reuters.
Kelompok dukungan Iran, Hezbollah dan aliansinya Gerakan Amal Syaih, menuduh Lebanese Forces (LF), sebuah partai kristen dan juga bekas kelompok milisi pada zaman perang saudara di Lebanon, telah menembaki para pendukungnya yang sedang berunjuk rasa untuk mencabut hakim yang menginvestigasi ledakan tahun lalu.
Ketegangan ini awalnya terjadi setelah seorang penembak jitu dari daerah perumahan Kristen Ain el-Remmaneh melepaskan tembakkannya ke arah massa Hizbullah. Kedua kelompok itu kemudian melakukan baku tembak dan menyebabkan enam orang tewas dan 32 orang luka-luka.
Saat baku tembak itu berlangsung, salah satu siaran televisi lokal menunjukkan peluru-peluru yang melesat ke tembok-tembok bangunan dan warga berlarian menyelamatkan dirinya. Salah satu sumber menyebutkan ada seorang wanita yang meninggal tertembak saat ia masih di dalam rumahnya.
Menteri Dalam Negeri Bassam Mawlawi menyebutkan kalau korban jatuh hanya ada dari kelompok Hizbullah dan aliansinya
Hizbullah dan Gerakan Amal mengaku kalau kelompok LF telah menembakkan para pengunjuk rasa dari atap rumah, membidik kepala-kepala pengunjuk rasa.
Pasukan pemerintah telah dikerahkan di sekitar daerah Teyouneh dan akan menembak siapapun yang membawa senjata api.
LF menyebutkan kalau tembakan itu awalnya menargetkan para pengunjuk rasa yang melewati lingkaran lalu lintas Teyouneh, lokasi pemisah antara masyarakat Kristen dan Syiah. Namun dilaporkan kalau ada kericuhan dan baku tembak disaat para pengunjuk rasa sedang dalam perjalanannya untuk berunjuk rasa.
LF membantah adanya campur tangan darinya dan mengutuk terjadinya kekerasan yang mereka sebut sebagai tindakan provokasi terhadap Hakim Tarek Bitar, pemimpin investigasi ledakan Beirut tahun lalu yang menewaskan sekitar 200 orang.
Terjadi setelah diperingatkan berkali-kali oleh Hizbullah dan aliansinya kalau penyelidikan Bitar akan menyebabkan perpecahan negara, kekerasan ini dapat memicu dibatalkan atau ditundanya investigasi lebih lanjut mengenai ledakan Beirut.
Presiden Michel Aoun berjanji untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan di hari Kamis.
“Kita tak dapat menerima kalau senjata api sekali lagi menjadi sarana komunikasi diantara kelompok-kelompok Lebanon yang berseteru,” ujar Presiden Aoun.
(RAG)