Channel9.id-Myanmar. Disaat respon Covid-19 Myanmar sedang jatuh karena adanya kudeta 1 Februari, satu organisasi etnis bersenjata di utara Myanmar diam-diam sudah memvaksin 20,000 warga di daerah kekuasaannya, dengan dukungan dari seberang perbatasan Cina.
Vaksinnya, diproduksi oleh perusahaan Sinovac Biotech dari Cina dan di kirim dengan bantuan dari Palang Merah Cina yang juga merupakan anggota dari Federasi Palang Merah Internasional.
Kachin Independence Organisation (KIO) adalah salah satu dari 20 organisasi etnis bersenjata yang beroperasi di sepanjang perbatasan Myanmar dengan Cina, Thailand dan India. Beberapa dari mereka telah melakukan tindak pencegahan Covid-19 nya sendiri dari awal-awal merebaknya virus ini.
Walaupun kericuhan dari perang saudara semakin memanas semenjak terjadinya kudeta telah mengganggu upaya mereka, KIO dan Karen National Union (KNU), dua organisasi etnis bersenjata yang paling maju di Myanmar, mengatakan kepada Al Jazeera kalau mereka akan terus berusaha menangani pandemi Covid-19 di wilayahnya.
Upaya mereka dalam menganani pandemi Covid-19 masih terus berlanjut setelah layanan kesehatan Myanmar – sudah merupakan salah satu yang terburuk di dunia sebelum terjadinya kudeta – jatuh lumpuh setelah terjadinya kudeta. Beberapa hari setelah kudeta, para pekerja kesehatan menginisiasi gerakan mogok nasional, yang sampai saat ini masih berlangsung, dalam upayanya untuk melumpuhkan dan menipiskan sumber daya junta Myanmar. Akibatnya banyak rumah sakit ditutup.
Pada tanggal 5 Mei, PBB memperingatkan Myanmar bahwa serangannya ke para pekerja dan fasilitas kesehatan telah mengganggu respon penanganan Covid-19.
“Disaat Myanmar sangat membutuhkan mereka, para pekerja malah diselimuti oleh ketakutan ditangkap junta karena menggunakan hak kebebasan mereka untuk mengekspresikan pendapatnya dan berkumpul dengan damai,” kutip pernyataan PBB di konferensi persnya.
Menurut PBB, junta militer Myanmar telah melakukan setidaknya 158 serangan terhadap pekerja kesehatan dan juga ke rumah sakit, yang man 60 orang diantaranya telah terluka parah atau bahkan meninggal. Ditambah, junta juga menangkap dan menuntut lebih dari 139 dokter dan juga telah menduduki 50 rumah sakit.
Dr Khin Khin Gyi, kepala unit penyakit menular kementerian kesehatan, mengatakan kepada Voice of America pada awal April bahwa rata-rata tes Covid-19 di Myanmar telah turun ke angka 2,000 orang per hari dari yang sebelumnya 25,000 per hari sebelum terjadinya kudeta.
(RAG)